Banyak burung puyuh yang berhasil ditangkap Nashruddin. Nashruddin lalu membersihkannya dan ingin memasaknya. Semua dimasukkan ke dalam periuk, diberi bumbu dan garam, ditutup, lalu dibiarkan mendidih di atas perapian. Nashruddin lalu pergi memanggil para sahabatnya dengan tujuan mempermalukan orang yang melarang perburuan. Ketika Nashruddin sedang pergi, seorang laki-laki datang dengan membawa beberapa ekor burung puyuh yang masih hidup. Ia membuka tutup periuk dan mengganti burung puyuh yang sudah matang dengan yang masih hidup, lalu pergi dengan perasaan puas. Saat para sahabat Nashruddin telah berkumpul, Nashruddin berdiri dengan bangga, lalu mengangkat periuk. Tetapi, alangkah terkejutnya ia, karena burung puyuh itu masih mampu terbant dan lepas. Nashruddin tercengang beberapa saat, lalu berkata, “Tuhanku, kami memburu burung puyuh dan memasaknya, tapi Engkau anugerahkan burung puyuh yang masih hidup. Tidaklah mengapa. Hanya saja dimana bumbu dan garamku? Siapa yang dapat saya tanyai tentang hal ini?”
Dimana Bumbu dan Garamku?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar