Suatu hari Nashruddin mengambil air wudhu di tepi sungai. Ketika selesai dan hendak mengenakan sepasang sandalnya, tiba-tiba salah satu sandal tersebut hanyut terbawa arus sungai. Nashruddin mengejarnya sambil menyerukan suara lantang. Lalu ia berpaling ke sungai dan berkata pada sungai, "Ambillah (air) wudhumu dan kembalikan sandalku!"
Ambillah Wudhumu dan Kembalikan Sandalku
Makamkan Aku Dalam Makam Tua
Nashruddin berpesan kepada keluarganya agar setelah meninggal ia dimakamkan di sebuah makam tua. Keluarganya bertanya, "Mengapa demikian?" Ia menjawab, "Bila dua malaikat maut datang kepadaku untuk bertanya, aku jawab, 'Aku sudah lama dalam makam ini dan sudah pernah ditanya.' Ketika mereka melihat makamku, maka mereka membenarkan perkataanku, sehingga mereka pun meninggalkanku. Demikianlah agar aku terhindar dari dahsyatnya pertanyaan mereka dengan cara termudah."
Sapi Tahu Dosanya
Seekor sapi masuk ke sawah Nashruddin. Maka ia pun mengambil tongkat dan mengejar sapi itu. Namun sapi tersebut tidak kunjung terkejar, hingga seminggu kemudian barulah tertangkap. Nashruddin tidak sabar lagi untuk memukulnya. Tetapi sang pemilik sapi yang melihat tingkahnya, membentak dan bertanya, "Apa dosa sapiku ini?" Nashruddin dengan tenang menjawab, "Laki-laki bodoh, jangan ikut campur, sapi ini tahu dosanya!"
Berkabung Karena Ayah Anakku
Pada suatu hari, Nashruddin memakai pakaian serba hitam. Sebagian kenalannya bertanya mengapa ia memakai pakaian seperti itu; apakah ia sedang tertimpa musibah? Maka ia menjawab, "Ya, aku tertimpa musibah karena kematian ayah anakku."
Momen Cintaku Tegak Lurus Dengan Momen Cintamu
Medan magnet yang berinduksi di antara kita
Einstein dan Edison tak sanggup merumuskan E=mc2
Ah tak sebanding dengan momen cintaku
Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku
Nyata, tegak, diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum
Bagai tetes minyak milikan jatuh di ruang hampa
Cintaku lebih besar dari bilangan avogadro...
Walau jarak kita bagai matahari dan Pluto saat aphelium
Amplitudo gelombang hatimu berinterfensi dengan hatiku
Seindah gerak harmonik sempurna tanpa gaya pemulih
Bagai kopel gaya dengan kecepatan angular yang tak terbatas
Energi mekanik cintaku tak terbendung oleh friksi
Energi potensial cintaku tak terpengaruh oleh tetapan gaya
Energi kinetik cintaku = -mv~
Bahkan hukum kekekalan energi tak dapat menandingi hukum kekekalan di antara kita
Lihat hukum cinta kita
Momen cintaku tegak lurus dengan momen cintamu
Menjadikan cinta kita sebagai titik ekuilibrium yang sempurna
Dengan inersia tak terhingga
Takkan tergoyahkan impuls atau momentum gaya
Inilah resultan momentum cinta kita
Salam
Ilmuwan
Baca Selengkapnya >>>
Wanita Tua dan Surga
Seorang wanita tua pernah datang kepada Rasulullah saw serta bermohon kepada beliau agar kelak kiranya ia dapat bersama Rasulullah menghuni surga. Mendengar permohonan wanita tua itu Nabi saw berkata kepadanya: "Wahai hamba Allah, sesungguhnya surga tidak bisa dimasuki oleh orang tua."
Mendengar sabda Rasulullah saw yang demikian itu, wanita tua tersebut pergi sambil menangis dengan sedihnya.
Melihat ia menangis sedemikian rupa Rasulullah saw memanggilnya kembali dan bekat: "Engkau tidak bisa masuk surga dalam keadaan tua bangka, sebab Allah akan membangkitkan kembali para wanita tua dalam usia yang masih muda. Tidakkah kamu membaca firman Allah: "Sesungguhnya kami menciptakan mereka bidadari-bidadari dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh kecantikan, lagi sebaya umurnya." (Al-waaqi'ah: 35-37)
Wanita tua itu akhirnya tertawa riang mendengarkan senda gurau Rasulullah saw tersebut.
Diriwayatkan bahwa wanita tua itu adalah bibi Rasulullah saw sendiri, yang bernama SOFIYYAH.
Penghuni Surga Terakhir
Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’uud bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: “Aku mengetahui orang paling akhir keluar dari neraka dan paling akhir memasuki surga. Dia keluar dari api neraka sambil merangkak.”
Allah swt berkata padanya: “Pergi dan masuklah ke dalam surga.”
Orang itu merangkak mendekati surga dan padanya terbayang, tentulah surga itu telah penuh sesak, lalu ia kembali serta berkata: “Ya Tuhan, aku dapati surge penuh sesak.”
Allah swt mengulangi perintah-Nya: “Pergi dan masuklah ke dalam surga.”
Orang itu sekali lagi mendekati surge dan sekali lagi terbayang padanya, mestilah surga itu telah penuh sesak, lalu ia berkata: “Ya Tuhan, aku dapat surga penuh sesak.”
Kemudian Allah swt bertitah: “Pergi dan masuklah ke dalam surga dan bagimu seluas sepuluh kali bumi.”
Mendengar titah Allah swt tersebut, orang itu berkata: “Ya Tuhan, apakah Engkau mengejek dan mentertawakan aku, sedang Engkau adalah Maha Raja.”
Aku melihat Rasulullah saw kemudian tertawa, sehingga terlihat gigi geraham beliau, sambil berkata: “Itu adalah kedudukan yang paling rendah bagi penghuni surga.” (Muttafaqun alaih)
Baca Selengkapnya >>>
Dimana Bumbu dan Garamku?
Ketika Nashruddin sedang pergi, seorang laki-laki datang dengan membawa beberapa ekor burung puyuh yang masih hidup. Ia membuka tutup periuk dan mengganti burung puyuh yang sudah matang dengan yang masih hidup, lalu pergi dengan perasaan puas. Saat para sahabat Nashruddin telah berkumpul, Nashruddin berdiri dengan bangga, lalu mengangkat periuk. Tetapi, alangkah terkejutnya ia, karena burung puyuh itu masih mampu terbant dan lepas. Nashruddin tercengang beberapa saat, lalu berkata, “Tuhanku, kami memburu burung puyuh dan memasaknya, tapi Engkau anugerahkan burung puyuh yang masih hidup. Tidaklah mengapa. Hanya saja dimana bumbu dan garamku? Siapa yang dapat saya tanyai tentang hal ini?”Banyak burung puyuh yang berhasil ditangkap Nashruddin. Nashruddin lalu membersihkannya dan ingin memasaknya. Semua dimasukkan ke dalam periuk, diberi bumbu dan garam, ditutup, lalu dibiarkan mendidih di atas perapian. Nashruddin lalu pergi memanggil para sahabatnya dengan tujuan mempermalukan orang yang melarang perburuan.
Andaikata Tidak Ada Takdir
Seseorang suatu hari bertanya kepada Nashruddin tentang takdir Allah swt. Nashruddin menjawab, “Andaikata tidak ada takdir, niscaya semua yang kuinginkan terjadi.”
Kemana Kuda Pergi?
Nashruddin menaiki kuda yang sulit berjalan dengan baik, sehingga tidak dapat diarahkan kearah yang dimaksudkannya. Seorang laki-laki melihat hal itu dan bertanya, “Anda hendak pergi ke mana?” Nashruddin menjawab, “Kemana kuda ini menuju.”
Tidak Punya Waktu
Teman Nashruddin mengunjungi Nashruddin dan berkata, “Tolong tuliskan sepucuk surat untuk seorang sahabatku di Baghdad!” Nashruddin berkata, “Demi Allah, jangan paksa aku! Aku tidak punya waktu ke Baghdad sekarang ini.” Laki-laki itu berjalan di belakang Nashruddin seraya berkata, “Untuk apa Anda pergi ke Baghdad jika telah menuliskan surat untukku?” Nashruddin menjawab dengan tenang, “Tidak seorang pun dapat membaca tulisanku. Jadi bila aku menulis surat, harus aku yang membacakannya.”
Baca Selengkapnya >>>