Mencintai Sejantan 'Ali

Senin, 31 Januari 2011 · 0 comments

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah.
Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya.
Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.

Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta.
Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta.
Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya!
Maka gadis cilik itu bangkit.
Gagah ia berjalan menuju Ka’bah.
Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam.
Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.
Mengagumkan!
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.

Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan.
Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi.
Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah.
Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr.
Kedudukan di sisi Nabi?
Abu Bakr lebih utama,
mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali,
namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi.
Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah
sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya..
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah.
Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab..
Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud..
Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali?
Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan.
Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak.
Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.
Ah, ujian itu rupanya belum berakhir.
Setelah Abu Bakr mundur,
datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa,
seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka,
seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut.
’Umar ibn Al Khaththab.
Ya, Al Faruq,
sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.
’Umar memang masuk Islam belakangan,
sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr.
Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya?
Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman?
Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin?
Dan lebih dari itu,
’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata,
”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya.
’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.
Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam.
Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir.
Menanti dan bersembunyi.
’Umar telah berangkat sebelumnya.
Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah.
”Wahai Quraisy”, katanya.
”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah.
Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”
’Umar adalah lelaki pemberani.
’Ali, sekali lagi sadar.
Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah.
Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak.
’Umar jauh lebih layak.
Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan.
Itulah keberanian.
Atau mempersilakan.
Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak.
Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi?
Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah?
Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?
Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka.
Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka?
Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu?
Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan.
”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi.
Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah.
Ya, menikahi.
Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya.
Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya.
Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap?
Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap?
Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan.
Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya.
Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya.
Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!”
Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung.
Apa maksudnya?
Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan.
Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab.
Mungkin tidak sekarang.
Tapi ia siap ditolak.
Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab.
Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan.
Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,
”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua!
Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah.
Dengan menggadaikan baju besinya.
Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya.
Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah.
Dengan keberanian untuk menikah.
Sekarang.
Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati.
Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel,
“Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab.
Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Seperti ’Ali.
Ia mempersilakan.
Atau mengambil kesempatan.
Yang pertama adalah pengorbanan.
Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi,

dalam suatu riwayat dikisahkan

bahwa suatu hari (setelah mereka menikah)

Baca Selengkapnya >>>

Anak Kambing Saya

Minggu, 30 Januari 2011 · 0 comments

Anak Kambing Saya
(Timor)

Mana di mana, anak kambing saya
Anak kambing tuan ada di pohon waru

Mana di mana, jantung hati saya
jantung hati tuan ada di Kampung Baru

Reff

Caca marica he hei, caca marica he hei
Caca marica ada di Kampung Baru
Caca marica he hei, caca marica he hei
Caca marica ada di Kampung Baru

Baca Selengkapnya >>>

Hadiah yang Lebih Berharga

· 0 comments

Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir. Kemudian ia duduk, meletakkan tasnya dipangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.

Setahun sudah lewat sejak Susan, 34 tahun, menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar kedunia yang gelap gulita, penuh amarah, frustasi, dan rasa kasihan pada diri sendiri.

Sebagai wanita yang sangat independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya, dan menjadi beban bagi semua orang di sekelilingnya.

"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?" dia bertanya-tanya, hatinya mengeras karena marah. Tetapi, betapa pun seringnya ia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu -- penglihatannya takkan pernah pulih lagi.

Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus.

Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekat untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi.

Latar belakang militer Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.

Akhirnya, Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa sampai ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja mereka terletak di pinggir kota yang berseberangan.

Mula-mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun.

Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru -- membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati. Tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak. Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah.

Bagaimana reaksinya nanti? Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi.

"Aku buta!" tukasnya dengan pahit. "Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku"

Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan,sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri.

Dan itulah yang terjadi. Selama dua minggu penuh Mark, menggunakan seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari Susan bagaimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan menyisakan satu kursi kosong untuknya.

Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung waktu turun dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya.

Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya; wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah.

Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang diri.

Tibalah hari Senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi kawannya satu bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi ke arah yang berlawanan.

Senin, Selasa, Rabu, Kamis... Setiap hari dijalaninya dengan sempurna. Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil ! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal.

Pada hari Jum'at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata : "Wah,aku iri padamu".

Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untuk menjalani hidup?

Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir itu, "Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?"

Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu"

Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya, "Apa maksudmu ?"

"Kau tahu, minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung", kata sopir itu.

Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk menyakinkan diri -- hadiah cinta yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan.

Baca Selengkapnya >>>

Anak Igat

Sabtu, 29 Januari 2011 · 0 comments

Anak Igat
(Melayu Riau)
Cop, mike budak cingkelat
Main tak lepas ngelat
Dari pede kau kuumpat
Itu sebab aku igat engkau anak jahat

Whe awak tak tahu malu
Dating nak dekat lalu
Duduk lagi dekat aku
Mintak kawanlah awak tu
Belum aku mau

Is ape sebab meringis
Kirenye awak nangis
mari dekat anak manis
Igat kite sudah finis
Kite kikis habis

Reff

Bia bia bia, bia bia tahu rase
Seda seda seda sedalah hendaknya

Baca Selengkapnya >>>

Afnan

· 0 comments

Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak buruk pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.

Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.

Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang berpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah.

Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.
Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?

Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku." Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.

Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.

Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata "Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."

Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!

Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjemah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!

Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.
Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."
Kami (aku, suami dan Afnan) pergi untuk pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."

Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.

Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya,karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan memarikannya akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orangtuanya.

Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna. " Temanku tersebut berkata:

"Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan, Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."

Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!

Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan disisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.

Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!
Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mangabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.

Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.

Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum.

Dia berkata: "Ummi kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat."
Kukatakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah. "

Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."

Akupun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut."
Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasanya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku."

Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.

Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring diatas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua ." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah."

Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan kelurlah rohnya.

Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kesturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, kelurgaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillah rabbil 'aalamin.

Baca Selengkapnya >>>

Adang Ngliwet

Jumat, 28 Januari 2011 · 0 comments

Adang Ngliwet: menanak nasi di dandang dan di periuk secara bersamaan
artinya :

Bisa mengerjakan dua tugas sekaligus dengan baik dan dalam waktu yang bersamaan

Baca Selengkapnya >>>

Ampar Ampar Pisang

· 0 comments

Ampar Ampar Pisang
(Kalimantan Selatan)

Ampar Ampar Pisang
Pisangku belum masak

Masak sa bigi dihurung bari bari
Mangga lepok, Mangga lepok
Patah kayu bengkok
Bengkok dimakan api
Apinya clang curupan,
Apinya clang curupan

Baca Selengkapnya >>>

Empat Tingkatan Ilmu

· 0 comments

"Terkait dengan ilmu, manusia itu terbagi menjadi empat :

Pertama, orang yang tahu dan tidak tahu bahwa dirinya tahu. Dialah orang yang alim, maka ikutilah.

Kedua, orang yang tahu, tapi dia tidak tahu bahwa dirinya tahu. Dia itu sedang tidur, maka bangunkanlah dia.

Ketiga, orang yang tidak tahu dan dia tahu bahwa dirinya tidak tahu. Dan itu orang yang jahil, maka ajarilah dia.

Keempat, orang yang tidak tahu dan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Inilah orang yang sesat, maka tolaklah ia."
(Al Khalil Ibnu Ahmad)

Baca Selengkapnya >>>

Anak yang Mencoret Mobil itu...

Kamis, 27 Januari 2011 · 0 comments

Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan mobil1.jpg, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja motor.jpgkarena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

Baca Selengkapnya >>>

Membuang Ibu...

· 0 comments

Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.

Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si Anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si Ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.

"Bu, kita sudah sampai", kata si Anak.

Ada perasaan sedih di hati si Anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.

Si Ibu, dengan tatapan penuh kasih berkata, "Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang. Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan".

Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.

Mungkin cerita di atas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita di atas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis, dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. Kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jikalau ada waktu saja.

Kiranya cerita di atas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, di saat mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini.

Baca Selengkapnya >>>

Mandikan Aku, Bunda !

· 0 comments

Semasa kuliah ia tergolong berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak awal, sikap dan konsep dirinya sudah jelas : meraih yang terbaik, baik itu dalam bidang akademis maupun bidang profesi yang akan digelutinya. Ketika Universitas mengirim kami untuk mempelajari Hukum Internasional di University Utrecht, di negerinya bunga tulip, beruntung Rani terus melangkah. Sementara saya, lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran dan berpisah dengan seluk beluk hukum dan perundangan.Beruntung pula, Rani mendapat pendamping yang "setara " dengan dirinya, sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.

Alifya, buah cinta mereka lahir ketika Rani baru saja diangkat sebagai Staf Diplomat bertepatan dengan tuntasnya suami Rani meraih PhD. Konon nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah "alif" dan huruf terakhir "ya", jadilah nama yang enak didengar : Alifya. Tentunya filosofi yang mendasari pemilihan nama ini seindah namanya pula.Ketika Alif, panggilan untuk puteranya itu berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila saja. Frekuensi terbang dari satu kota ke kota lain dan dari satu negara ke negara lain makin meninggi.

Saya pernah bertanya , " Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal ?" Dengan sigap Rani menjawab : " Saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Everything is ok." Dan itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya walaupun lebih banyak dilimpahkan ke baby sister betul-betul mengagumkan. Alif tumbuh menjadi anak yang lincah, cerdas dan pengertian. Kakek neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu tentang ibu-bapaknya.

"Contohlah ayah-bunda Alif kalau Alif besar nanti." Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani bertutur disela-sela dongeng menjelang tidurnya. Tidak salah memang. Siapa yang tidak ingin memiliki anak atau cucu yang berhasil dalam bidang akademis dan pekerjaannya. Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau Alif minta adik. Waktu itu Ia dan suaminya menjelaskan dengan penuh kasih-sayang bahwa kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini "dapat memahami" orang tuanya.

Mengagumkan memang. Alif bukan tipe anak yang suka merengek. Kalau kedua orang tuanya pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Kisah Rani, Alif selalu menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Rani bahkan menyebutnya malaikat kecil. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orang tua sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam hati kecil saya menginginkan anak seperti Alif.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby-sisternya. " Alif ingin bunda mandikan." Ujarnya. Karuan saja Rani yang dari detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, menjadi gusar. Tak urung suaminya turut membujuk agar Alif mau mandi dengan tante Mien, baby-sisternya. Persitiwa ini berulang sampai hampir sepekan," Bunda, mandikan Alif?" begitu setiap pagi. Rani dan suaminya berpikir, mungkin karena Alif sedang dalam masa peralihan ke masa sekolah jadinya agak minta perhatian.

Suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sister. " Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency".

Setengah terbang, saya pun ngebut ke UGD. But it was too late. Alloh SWT sudah punya rencana lain. Alif, si Malaikat kecil keburu dipanggil pemiliknya. Rani, bundanya tercinta, yang ketika diberi tahu sedang meresmikan kantor barunya,shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan anaknya. Dan itu memang ia lakukan, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. " Ini bunda, Lif. Bunda mandikan Alif." Ucapnya lirih, namun teramat pedih.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu berkata, "Ini sudah takdir, iya kan ? Aku disebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, dia pergi juga kan ? ". Saya diam saja mendengarkan. "Ini konsekuensi dari sebuah pilihan." lanjutnya lagi, tetap tegar dan kuat.

Hening sejenak. Angin senja berbaur aroma kamboja. Tiba-tiba Rani tertunduk. " Aku ibunya !" serunya kemudian, " Bangunlah Lif. Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan bunda sekali lagi saja, Lif". Rintihan itu begitu menyayat. Detik berikutnya ia bersimpuh sambil mengkais-kais tanah merah ?..

Baca Selengkapnya >>>

Success Is Based On A Realistic Plan

· 0 comments

Everyone wants to be successful. However, many people often rely on luck and chance to achieve results. The best example in this case is someone who wants to be rich but only try the most ineffective method: playing the Lotto. Of course, there are chances of becoming rich over night, but how likely is it that this will actually happen? Creating a realistic plan in order to achieve the desired results is vital in any case, no matter how high or low your goals are.

The safest way to achieve your dream is by taking successive steps and gradually increasing your chances of reaching your goal. Try to think of a metaphor and compare your desires with a professional swimming competition.

The first thing you need to do, in order to have chances of winning the race, is to make sure you are not afraid of the water. Before you even consider entering the race you have to eliminate your fears. They are the ones holding you back, but be careful, some of your fears might save you from getting hurt or failing.

Once you are convinced that your goal is worth fighting for, you have to start the hardest stage in you plan: preparation. You cannot expect to win a professional swimming race when you don't even know how to swim. Start with the basics and never skip any steps out of desire of reaching your goal faster. The experience and knowledge you are skipping will probably come back and hurt you later on. Prepare by taking gradually increasing steps. Swim half a lap first, and then move on to a full lap. Your skills will progress each time and you will soon beat your own lap records every time you enter the swimming pool

It might take days, weeks or years to prepare for the "race", depending on what your goals are. The main thing is to enter the race feeling confident in your own success and having all the skills that would allow you to win.

Taking steps one at a time and keeping your plan realistic gives you two important benefits. The order and precision of a plan brings confidence. You don't feel like you are reengaging each new issue on a day-to-day basis. Organizing your strategy reduces the chances of making wrong moves or taking less efficient decisions.

Secondly, having a sound plan has many psychological benefits and your subconscious mind worries less, giving you more energy to concentrate on what's important. You are creating a pattern in your awareness that accepts success and integrates it in your plan.

When both you conscious and your subconscious mind believe in your chances of reaching a goal you benefit from a power of concentration and focus that eliminate outside interference and let you follow the shortest path to success.

Even though chance may still play an important role in your quest to reach your ideal, having a realistic plan let's you change the "unlikely" into "possible".

Baca Selengkapnya >>>

Pantun Remaja [2]

· 0 comments

Banyak bukit sembarang bukit
banyak terdapat pohon mengkudu
Banyak sakit sembarang sakit
tidak sesakit menanggung rindu

Anak raja naik kereta,
encik Ahmad tukang pedati
Kalau cinta katakan cinta
jangan dipendam di dalam hati

Asam pauh dari seberang
asam belimbing dari Lampung
Badan jauh di rantau orang
teringat adik jauh di kampung

Anak gagak dua delapan,
jangan disimpan dalam keranjang
Datang rindu disedang makan,
perut lapar menjadi kenyang

Baca Selengkapnya >>>

Adedamar Tanggal Pisan Kapurnaman

· 0 comments

Adedamar Tanggal Pisan Kapurnaman: sedianya menggunakan pelita, tiba-tiba datanglah bulan purnama
artinya :

Memperkarakan orang ke pengadilan, tetapi tidak dilanjutkan, karena merasa kasihan terhadap orang yang diperkarakan, atau karena ditemukan jalan damai di luar pengadilan.

Baca Selengkapnya >>>

Abot Telak Karo Anak

· 0 comments

Abot Telak Karo Anak: lebih berat tenggorokan dibandingkan anak

artinya :

Orang yang lebih memikirkan kepentingan dirinya sendiri ketimbang kepentingan lainnya.

Baca Selengkapnya >>>

Ammac Ciang

· 0 comments

Ammac Ciang
(Sulawesi Selatan)

Ammac ciang dendang,
Ammak ciang dendang, ammac ciang
Tallu luwara lekona
Napak-napak lalang bang
Sikontu bonena lino

Mak biring kasi kibo nu dendek,
Ma tamparang
Malam parang laisinu
Allamate te bombing
Buhuleng tanna lajjunu

Baku'ku na bun tulu nakku dendek, naluluang
Naluluang pangngurangi
Alla tena mo kanang
Baji baji ri matangku

Baca Selengkapnya >>>

Empat Sendi Akhlak Baik

· 0 comments

Akhlak yang baik didasarkan pada empat sendi :

Pertama, sabar, yang mendorongmu menguasai diri, menahan amarah, tidak mengganggu orang lain, dan lemah lembut.

Kedua, kehormatan diri, yang membuatmu menjauhi hal-hal yang hina dan buruk.

Ketiga, keberanian, yang mendorongmu pada kebesaran jiwa, sifat-sifat yang tinggi, dan rela berkurban.

Keempat, adil, yang membuatmu berada di jalan tengah, tidak meremeh-remehkan dan tidak berlebih-lebihan.

Baca Selengkapnya >>>

Pantuan Orang Tua [1]

Rabu, 26 Januari 2011 · 0 comments

Alangkah elok barang ini,
terbuat daripada gading
Alngkah elok orang ini,
pinggangmya genting bagai ketiding


Apa guna pasang pelita
jika tidak dengan sumbunya
Apa gunanya main mata,
jika tak dengan sesungguhnya

Ambil asahan pengasah pisau,
parang dan tombak diasah juga
Tujuh bukit sembilan pulau
wajahmu adik tampak jua

Anak jiran pergi mengaji
mengaji sifat tentang Allah
Pandai sungguh abang memuji,
hingga jantungku copot sebelah

Baca Selengkapnya >>>

Abot Sanggane

· 0 comments

Abot Sanggane : berat bawaannya
artinya :


a. Orang yang diserahi tanggung jawabatau tugas-tugas yang sangat berat
b. Orang yang melanggar hukum, lalu dijatuhi hukuman yang memberatkannya

Baca Selengkapnya >>>

Alusi Au

· 0 comments

Alusi Au
(Tapanuli)


Alusi au, Alusi au
Marragam-ragam do anggo sinta-sinta di hita manisia
Marasing-asing do anggo pangidoan di ganup ganup jolma
Hamoroan, hagabeon, hasangapon ido di lului na deba
Dina deba asal ma tarbarita goarna tahe

Anggo di ahu tung asing do sinta-sinta, asing pangidoanhu
Mansai ambal be uang pola manginsak hamu sude di ahu
Sasudena na hugoari I, Ndada I saut di ahu
Sinta-sinta di ahu tung asing situtu do tahe
Tung holong ni roham, I sambaing do na hupar sinta-sinta
Tung dengan ni basam, Basami do na hupaima-ima
Asi si roha ma ito uang loas ahu maila
Beha roham dok ma hata, alusi au
Alusi au, Alusi au

Baca Selengkapnya >>>

Abang-abang Lambe

Selasa, 25 Januari 2011 · 0 comments

Abang-abang lambe:merah-merah bibir
artinya :

a. Hanya polesan bibir saja, tidak tulus di hati
b. Kata-kata manis yang hanya sekedar enak untuk didengarkan

Baca Selengkapnya >>>

Pantun Remaja [1]

· 0 comments

Ada kucoba pergi ke lepau,
buah pepaya murah harganya
Ada kucoba menghilang risau,
wajahmu tuan terbayang jua

Aditiawarman di raja Minang
raja adil ditepati
Tujuah makrifat sudah kupandang,
tidak bertukar di dalam hati

Ada perkutut dengan balam
gantung di dahan pohon mengkudu
Obat rindu penawar dendam
dendam bercampur dengan rindu

Ada perkutut dengan balam,
gantung di dahan pohon mengkudu.
Hati dendam bertambah dendam
hati rindu siapa tahu

Air dalam bertambah dalam,
hanyut periuk di dalam peti
Hati yang dendam bertambah dendam,
cinta membara di dalam hati

Baca Selengkapnya >>>

Agar Terang Bawa Bersuluh

· 0 comments

Agar Terang Bawa Bersuluh
(Melayu Riau)
Suluh semarak cahya sejarah
Hampir pun padam ulah manusia
Karena helah lupalah sudah
Hikayat Hang Tuah hampirpun sirna, wahai
Agar terang bawa bersuluh
Beriak air di laut
Bintan menangis bersedih meratapi diri
Terisak sedih Bintang menangis

Mambang hunian gunung Sri Bintan
Gundah gulana rindu menanti
Musim berganti beredar zaman
Paduka Hang Tuah belum kembali, wahai
Agar terang bawa bersuluh
Berhembus semilir angin ke utara
Berhembus semilir angin ke utara
Tlah terbungkus lumus hikayat tlah pupus
Berhati pilu, Bintang tersedu

Usah ditanya siapa yang salah
Renung kembali diri sendiri
Putra Melayu usahlah resah
Legenda pusaka dikaji lagi, wahai
Agar terang bawa bersuluh
Sesal kemudian tiada berguna
Coba simak lagi cerita semula
Agar tak padam suluh sejarah

Baca Selengkapnya >>>

Catatan 11.01.11

· 0 comments

oleh Dyah Eka Puspitasari pada 25 Januari 2011 jam 18:42
Hari itu, selasa 11 januari 2011. Baru 3 hari kami datang kembali di kota Brisbane, setelah 4 minggu berlibur menghirup udara segar tanah air. Isi koper belum saya keluarkan. Bahkan oleh-oleh untuk teman juga masih rapi di kemasan.

Pagi itu, sepulang kerja malam, seperti biasa mengecek inbox, email masuk, dan facebook. Masih sempat membaca dan membalas beberapa email, salah satunya permintaan biodata dari Forum lingkar Pena (FLP) Australia. Tiba-tiba heran dengan berbagai berita mengenai peringatan datangnya banjir di Brisbane yang melingkupi areal rumah kami. Padahal, baru saja dikejutkan dengan datangnya air bah yang sangat tiba-tiba di kota Toowoomba, yang hanya berjarak sekitar 90 km dari Brisbane.

Sedikit tidak percaya bahwa kota dengan sungai selebar itu, dan kontur naik turun seperti ini bisa mengalami bencana banjir sedasyat ini. Tapi aura berita pagi itu sungguh menegangkan. Tetangga yang dipulangkan segera oleh pihak kantornya, telepon dari teman yang sempat mengulangi datangnya mara bahaya, hingga kepanikan masal di supermarket yang makin membuat kami tak berfikir panjang untuk segera meninggalkan rumah.

Sedikit under estimate, mengira banjir hanya akan datang sekejab dan tidak dalam, hanya seperti mimpi buruk di tengah malam yang esok paginya sudah kembali berlangsung normal.

Kami sekeluarga pergi, hanya membawa baju masing2 satu pasang, hanya memakai sandal jepit, karena toh memakai sepatu hanya akan menambah repot suasana, dan.. oya, hanya laptop yang kami bawa. Bahkan paspor kamipun kami tinggal, walau sempat kami masukkan kantong plastik yang kemudian diikat di almari (bodoh ya?!).

Waktu saya mengepak CD movie dan game wii kesukaan anak2 dan hanya saya letakkan di atas almari, anak saya sempat bertanya, “Mom, are my stuff will getting a flooded?”. Saya jawab, “No, they are will be save”. Dia sempat bertanya lagi, “Are we going for a year?”. Saya jawab, “No, we are just going until night, and tomorrow we will back again”. Ah.. tak taunya, itu firasat khas anak-anak, bahkan setelah 3 minggu berlalu, kami belum tau bisa kembali ke rumah itu atau tidak. :(

Hari pertama lewat, hanya bisa meninjau dari berita di televisi, bahwa daerah rumah kami, Chelmer, totally flooded. Hari kedua, masih belum bisa mendekati rumah. Dan kami masih tetap mengira air hanya akan masuk rumah sebatas lutut. Hari ketiga, suami saya nekat menyusuri pematang oval depan rumah kami, dan terkaget-kaget bahwa saat ketinggian air sudah turun 1 meterpun rumah kami masih terendam 2.5 meter. Bisa dibayangkan kemarin rumah kami sudah seperti aquarium lumpur yang penuh barang.

Ah.. saya jadi teringat portfolio anak-anak, jadi teringat buku raport hasil belajar mereka dari tahun sebelumnya, jadi teringat computer dengan foto-foto yang belum sempat kami pindah, ingat keripik tempe yang baru saya bawa yang pasti sudah renyek, jadi ingat sambal pecel blitar yang belum saya makan sama sekali, ingat jilbab2 baru saya yang masih ada di plastiknya, ingat buku2 sastra yang berat-berat saya bawa dari Indonesia, ingat game wii anak2 yang bahkan belum dibuka dari kotaknya, ah... jadi teringat semuanya... :(.

Merasa kehilangan, jelas. Bukan pada seberapa besar materinya, tapi lebih pada seberapa banyak kenangan bersamanya, dan seberapa keras usaha mendapatkannya.

Tapi syukurlah, disini saya tidak sendiri.
Ada seribu tangan terulur,
ada sejuta kasih mengalun,
dan ada sekeping cinta di setiap genggamannya.
Terimakasih Tuhan.. Kau hadirkan cinta di antara deraian air hujan.
Tak ada lagi sedih, karena setiap kesedihan berbayang dengan kebahagiaan.
Tak ada lagi tangis, karena setiap derai tangis, berbias dengan senyum manis.
Tak ada lagi resah, karena setiap keresahan berakhir dengan kelegaan.
Bukankah sedih dan senang itu seperti dua sisi mata uang?
Hadapkanlah yang satu, maka sisi lainnya akan tetap tertinggal di genggaman.
Dan.. saat hati berpasrah, hanya satu yang saya tau, bahwa inilah jalanku.

*Diantara rasa syukur atas tangan2 penuh cinta yang terulur
Dyah (seorang teman di Australia yang rumahnya porak-poranda diterjang bajir)

Baca Selengkapnya >>>

ASTANA RELA

· 0 comments

 Tiada bersua dalam dunia
Tiada mengapa hatiku sayang
Tiada dunia tempat selama
Layangkan angan meninggi awan.
Jangan percaya hembusan cedera
Berkata tiada hanya dunia
Tilikkan tajam mata kepala
Sungkumkan sujud hati sanubari

Mula segala tiada ada
Pertengahan masa kita bersua
Ketika tiga bercerai ramai
Di waktu tertentu berpandang terang.
Kalau kekasihmu hasratkan dikau
Restu sempana memangku daku
Tiba masa kita berdua
Berkaca bahagia di air mengalir.
Bersama kita mematah buah
Sempana kerja di muka dunia
Bunga cerca melayu lipu
Hanya bahagia tersenyum harum.
Di situ baru kita berdua
Sama merasa, sama membaca
Tulisan cuaca rangkaian mutiara
Di mahkota gapura astana rela
(Dari buku: Nyanyi Sunyi-Amir Hamzah)

Baca Selengkapnya >>>

Lima Perkara Iman dan Keyakinan

· 0 comments

"Dzul Qarnain pernah bertemu dengan salah satu Malaikat. Lalu dia berkata, "Ajarkan kepadaku suatu ilmu agar dapat menambah iman dan keyakinanku." Malaikat itu menjawab :

Pertama, janganlah engkau suka marah, karena syetan itu lebih mudah menguasai diri anak Adam tatkala sedang marah.

Kedua, usirlah amarahmu dengan menahan diri dan dinginkan ia secara pelan-pelan.

Ketiga, janganlah engkau tergesa-gesa, sebab jika engkau tergesa-gesa, engkau akan salah menempatkan diri.

Keempat, jadilah engkau orang yang luwes dan lemah lembut kepada orang dekat dan kepada orang yang jauh.

Kelima, janganlah engkau menjadi orang yang keras lagi suka membangkang."
(Ibnu Qudamah)

Baca Selengkapnya >>>

The Magic of Asking

Senin, 24 Januari 2011 · 0 comments

People say to me, Maria, I am creating brochures and I am meeting people. I am telling people about my business and I just don't seem to be getting anywhere. Do you have any suggestions?

When I say to them, "have you asked them to buy your product or service?" I quite often get a blank stare back at me.

"Ask??" You mean I should ask.

Yes, this is a very important part of doing business, and many people have lost sales that they would have received if they had only asked for the sale.

This is called, the close.

Some people have said, "But what if they say no?" So what, the odds are in business that you will have more no's than yes's. You see, the more that I have studied marketing, the more I see how true that is. Just consider the no's practice on your way to a yes.

Some of the most successful marketers out there state that a 10% conversion is good. That means 90% were either not interested or were unable to purchase at this time due to a large variety of reasons.

A no doesn't mean the end of the world or the end of your business, it just means at this moment they are not interested.

And, ask yourself, how many sales do you believe that you will get if you don't ask. Not asking is considered the same as leaving money on the table.

Sometimes it means, you just haven't shown them a benefit that they can relate to.

I have seen examples of people who have changed just a word or two on their web copy and then the sales started pouring in.

If you need to learn how to ask for the sale, there are many books written on the importance of asking and many considered it one of the success secrets in business.

There are countless articles, books and courses on closing a sale and if you haven't read any of them, I would highly recommend that you do. They go into detail on the early close, the trial close and the final close. As well, I have seen different names given to different styles.

Sadly, the reality is, many people have a sales phobia and would rather socialize at networking event and hope someone will come up and buy their product or service. And believe it or not, other people may think yes it is a good product but you are apparently just showing me today.

So, if the word sales drives you into a frenzy then start by reading, "The Aladdin Factor" by Jack Canfield and Mark Victor Hansen. It is a book on how to ask for and get what you want in every area of your life. And, has in it a formula for overcoming the seven most common "asking fears"

It is important to remember that no matter what business you are in, you are always selling yourself, product and or service and knowing how to do it well will assist and help your clients.

When you have a valuable product or service that improves people's lives, consider it your obligation to let them know that it exists. You will feel more confident than approaching them as though you are a pest.

Just remember, it's your job to ask and it's ok if they say no.

Smile and go on to the person just waiting for your arrival.

Baca Selengkapnya >>>

Ketika Kertas Putih Itu Salah Gores

· 0 comments

Menjelang istirahat di sebuah kursus pelatiahan, sang Motivator mengajak para peserta untuk melakukan suatu permainan. " Siapakah orang yang paling penting dalam kehidupan Anda ? ", tanyanya., lalu Motivator itu menunjuk salah seorang wanita cantik bernama Nisa.

Nisa diminta maju menuliskan 20 nama orang yang paling berharga dalam kehidupannya. Nisapun kemudian menuliskan 20 nama di papan tulis, ada nama tetangga, teman belajar, saudara, orang tua dan orang-orang tercinta lainnya.

Kemudian sang motivator meminta mencoret satu nama yang dianggap kurang penting, nisa mencoret nama tetangganya, lalu motivator itu menyilahkan mencoret satu nama lagi yang kurang penting, sekarang Nisa mencoret nama teman belajarnya.

Begitu seterusnya sampai pada akhirnya di papan tulis tersisa 5 nama yaitu Ayahnya, Ibunya, kakeknya, neneknya dan nama suaminya. Suasana kelas mendadak sunyi, semua peserta pelatihan memusatkan perhatian kepada sang Motivator, menebak-nebak intruksi selanjutnya dari sang motivator itu. Di tengah keheningan sang motivator berkata " coret dua nama lagi ! ", dengan tangan gemetar Nisa dan gelisah diangkatnya spidol kemudian mencoret nama Ayah dan Ibunya.
Seketika itu pun pecah isak tangis di kelas demikian juga Nisa yang mengeluarkan buliran air mata membasahi pipinya seolah mengingat sesuatu yang cukup menyakitkan, kemudian dia coret juga nama kakek neneknya dan hanya tertinggal nama suaminya, lalu dia bergegas kembali ke tempat duduk karena tidak mampu menahan tangis.

Setelah suasana sedikit tenang, sang motivator itu lalu bertanya : " orang yang berharga dalam hidup Anda bukan kedua orang tua Anda ? orang tua yang melahirkan dan membesarkan Anda, kakek nenek yang mengasihi dan menyayangi Anda, sedangkan suami masih bisa dicari lagi apalagi Anda masih cukup muda. Mengapa Anda memilh sosok suami sebagai orang yang paling berharga ? boleh Anda maju lagi menjelaskannya ! ".

Semua mata tertuju kepada Nisa, wanita cantik yang sekarang berada di depan kelas, sambil terisak Nisa bercerita : " semenjak aku kecil sampai aku dewasa tidak pernah aku rasakan ciuman cinta dari papa dan mamaku, yang aku terima dari mama hanyalah cacian dan kata-kata yang menyakitkan, kamu bego, kamu bodoh, tolol dan lain-lain, dan ketika aku masih usia SD sebuah putung rokok papa mendarat di pahaku serta kekerasan fisik lain yang susah aku lupakan sampai sekarang, bersyukur aku punya kakek nenek yang sangat menyayangiku sebagai tumpuhan segala penderitaanku, namun sayang kakek meninggal sejak aku masih kecil sedangkan nenek tinggal cukup jauh dari rumahku ", mendadak suasana kelas semakin gaduh dengan isak tangis demikian juga air mata Nisa yang semakin deras berjatuhan.

Setelah suasana tangis di kelas mereda, sang motivator kembali bertanya : " lalu ada apa dengan suami Anda begitu berharga dalam hidup Anda ? ", Nisa tiba-tiba tersenyum, : " ketika hidupku diambang jurang kehancuran dan nista, dia hadir memenuhi relung-relung jiwaku yang sudah sekian lama hampa, dia membimbingku dan menunjukkan jalan yang lurus, dia membangkitkan semangat belajarku yang telah punah dan mengantarku meraih gelar sarjana, dia memotivasi aku dan memberikan kepadaku Visi Hidup menuju sukses di masa depan, Aku bersyukur bertemu dengan suami yang sangat perhatian dan selalu memahami problematikan hidupku, sehingga aku tidak lagi mendendam dengan kedua orang tuaku ".

Thank You Allah,
I Love You my husband forever
Mama, Papa, I am Sorry if I must far your life.
for You All, I am not as your thoughts

Sahabat, melahirkan anak atau Generasi yang Shaleh dan Sahalehah tidaklah semudah membalikkan telapak tangan kita, karena betapa gelombang kemaksiatan sangat besar dan akan menghantam setiap kita, hanya dengan melibatkan Tangan Allah disetiap aktifitas pendidikan dan pembinaan terhadap anak dan generasi kita yang akan mampu mencetak Generasi yang unggul , Shaleh dan Shalehah sebagaimana yang kita semua harapkan

Baca Selengkapnya >>>

Lima E Sikap Guru Berkualitas

· 0 comments

Dalam dimensi operasional terutama pada jalur sekolah, guru merupakan salah satu unsur pendidikan lebih khusus lagi dalam tingkatan instruksional dan eksperiensial. Guru berada dalam front terdepan pendidikan yang berhadapan secara langsung dengan peserta didik melalui proses interaksi instruksional sebagai wahana terjadinya proses pembelajaran siswa dengan nuansa pendidikan. Dalam proses ini terjadilah suasana eksperiensial yaitu diperolehnya pengalaman belajar siswa untuk memperoleh perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penentu kualitas proses dan hasil pendidikan terletak pada kinerja “ perilaku mengajar “ para guru ( Mohamad Surya : 2003 ).

Perilaku mengajar guru yang diwujudkan dalam “interaksi pengajaran” menimbulkan “ perilaku belajar “ siswa. Yang pada gilirannya akan menghasilkan “hasil “ para siswa. Dalam konteks ini terjadi keterkaitan timbal balik antara “ perilaku mengajar”, “ interaksi pengajaran “. “ perilaku belajar”, dan “ hasil belajar. “. Kualitas hasil belajar sebagai indikator kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas “perilaku belajar” siswa yang terwujud melalui proses “interaksi pengajaran” yang dikreasikan oleh “ perilaku mengajar “ dari guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keefektivan pendidikan diawali dengan kualitas “ perilaku mengajar “ dari para guru.

Kualitas perilaku mengajar dari guru ditentukan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal, seperti tingkat pendidikan, penguasaan subjek, pengalaman, kualitas kepribadian, kualitas kehidupan, sikap dan ahaan diharapkan dapat mengubah pola pikiran ketergantungan kepada instansi formal menuju kemandirian yang lebih kreatif untuk menciptakan lapangan kerja.pandangan lingkungan masyarakat, dan lain sebagainya. Dengan kata lain kualitas perilaku guru dalam menyiasati segenap tugas profesinya menjadi kunci keberhasilan pendidikan. Kualitas perilaku guru itulah mengantarkan guru tersebut dikategorikan sebagai “guru berkualitas”. Guru berkualitas biasanya menjadi idola masyarakat terlebih khusus peserta didiknya. Ada pun guru yang diidolakan itu mempunyai sikap 5 E ( efektif, edukatif, evaluatif, energik, dan emansipatif ) terpadu dalam dirinya sebagai sosok seorang guru.

Pertama, efektif. Pembelajaran dikatakan efektif apabila mampu memberikan

pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal ( E. Mulyasa : 2006 ).

Pembelajaran efektif hanya akan terjadi apabila diampu oleh guru efektif. Guru efektif selalu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajarannya. Siswa dipersilakan mengunyah-unyah materi pelajaran hingga lumat melalui berbagai kegiatan praktikum, diskusi, tanya jawab , debat terarah dan lain-lain untuk menuju pemahaman materi di bawah kendali guru efektif. Oleh karenanya guru efektif dituntut selalu memperbaiki kinerjanya , misalnya melalui penelitian tindakan kelas ( PTK ) atau pun melalui kajian mendalam tentang proses pembelajaran ( lesson study ).

Di dalam pelaksanaan pembelajaran kesehariannya, guru tak dapat melepaskan dengan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa hendaknya tidak hanya tentang apa, siapa dan di mana akan tetapi lebih banyak menekankan pada pertanyaan mengapa atau bagaimana. Oleh karena itu mengemukakan permasalahan ( problem ) kepada siswa jauh lebih berbobot daripada pemberian informasi melulu. Siswa hendaknya diajak memecahkan permasalahan, berpikir kritis, dan membangun semangat untuk memiliki keingintahuan yang tinggi.

Kedua, edukatif. Edukatif merupakan peran utama dan terutama khususnya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar ( SD dan SMP ). Peran ini lebih tampak sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai role model, memberikan contoh dalam hal sikap dan perilaku dan membentuk kepribadian peserta didik ( Suparlan : 2005 ).

Di dalam perannya sebagai edukator, guru diharapkan memenuhi perannya sebagai : a) pengembang kepribadian peserta didik, b) pembimbing peserta didik, c) pembina budi pekerti peserta didik dan d) pemberi pengarahan kepada peserta didik. Dengan kata lain guru hendaknya membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya , membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. Di dalam pembelajaran , guru harus berpacu memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.

Ketiga, evaluatif. Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan serta vsrisbel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap penilaian. Tak ada proses pembelajaran tanpa penilaian . Mengapa ? Karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran ( E. Mulyasa : 2005 ).

Mengingat penilaian itu harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan teknik yang sesuai , maka guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai. Selama menilai peserta didik, guru hendaknya secara menyadari kesalahan dan kekurangannya melalui refleksi balikan dari peserta didik. Hal ini untuk memperbaiki langkah-langkah yang lebih berkualitas. Guru yang mau menilai kemampuan kognitif, perilaku dan keterampilan secara terpadu pada peserta didiknya adalah guru yang bertanggung jawab. Selain menilai hasil belajar peserta didik , guru harus mau menilai dirinya sendiri secara objektif . Guru yang demikian inilah merupakan guru yang benar-benar evaluatif.

Keempat, energik. Energi adalah tenaga. Energik berarti tenaganya digunakan secara maksimal. Guru yang energik adalah guru yang melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh dalam hal pikiran, tenaga, waktu dan konsentrasinya. Guru energik selalu mengabdikan segenap kemampuannya secara totalitas demi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya dan peningkatan kualitas peserta didik khususnya. Ia selalu energik dalam mengembangkan berbagai metode pembelajarannya, menerapkan berbagai strategi, meningkatkan penguasaan materi ajar, merancang pengadaan media pembelajaran yang sesuai, hemat dalam memenejemen waktu, selalu berusaha menerapkan pembelajaran dengan konsep PAKEM ( produktif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan ) dan mampu menmggugah semangat dan ide-ide baru peserta didiknya.

Kelima, emansipatif. Emansipasi adalah pembebasan kaum budak menjadi kaum yang merdeka. Dengan kata lain emansipasi adalah persamaan hak. Sebagai kaum pendidik, guru seharusnya menyadari bahwa di dalam tugasnya terkandung unsur keadilan, penggugah semangat peserta didik dan penerang dalam kegelapan generasi masa depan. Dengan modal memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan, guru hendaknya menyadari bahwa kebanyakan manusia merupakan budak stagnasi kebudayaan ( E. Mulyasa : 2005 ).

Dalam komunitas makhluk hidup pada umumnya dan komunitas siswa khususnya pasti ada kelompok pandai, sedang dan kurang pandai, kelompok aktif, sedang dan kurang aktif, kelompok rajin,sedang dan kurang rajin, dan lain-lain yang ujungnya secara psikologis mereka itu membuat kelompok-kelompok yang anggotanya dianggap setara.

Kelompok yang terakhir yakni kelompok kurang mampu, kurang pandai,kurang rajin, kurang aktif, kurang cerdas sering mengalami minder, kurang percaya diri, tidak termotivasi untuk mengembangkan diri dan paling parah timbulnya perasaan putus asa.

Menghadapi kelompok yang demikian ini , guru hendaknya segera bertindak sesuai perannya sebagai emansipator. Mengembalikan kelompok ini menjadi bangkit, termotivasi, percaya diri dan tidak putus asa adalah peran guru sebagai emansipator.

Demikian lima E sikap guru yang diidolakan oleh para siswa maupun masyarakat di lingkungannya sekaligus merupakan sikap guru berkualitas. Apabila guru benar-benar bersikap sebagaimana disebut lima E di atas maka akan meningkatkan kualitas sekolahnya, kualitas peserta didiknya dan pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan. Apabila guru menyadari peran yang mulia ini, guru mau dan mampu menerapkan pada peserta didiknya niscaya akan terwujud jembatan penghubung dari ketidaktahuan menjadi pandai, dari keputusasaan menjadi bangkit untuk menwujudkan masa depannya yang lebih berkualitas.

Mudah memang untuk dikata lima E akan tetapi sulit untuk diwujudkan. Sikap lima E untuk guru merupakan penyiapan menuju guru professional. Padahal profesionalisme guru merupakan suatu keharusan seiring dengan kemajuan jaman . Dengan demikian upaya pemahaman guru terhadap lima sikap E ini perlu dilakukan. Mengapa ? Sikap lima E guru ini lebih terfokus pada kualitas kemampuan guru. Seperti dirangkum oleh Simon dan Alexander ( 1980) dalam E. Mulyasa (2005) bahwa lebih dari 10 hasil penelitiannya di negara-negara berkembang, menunjukkan adanya 2 kunci penting dari peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didiknya yaitu jumlah waktu efektif yang digunakan guru untuk melakukan pembelajaran di kelas dan kualitas kemampuan guru.

Oleh Drs. MARIJAN
Praktisi Pendidikan di SMPN 5 Wates Kulonprogo Yogyakarta

Baca Selengkapnya >>>

Ada UFO di Sleman ...???

· 0 comments

Kemunculan Crop Circle di Sleman menggemparkan warga sekitar. 
Menurut Beta-UFO ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui keaslian crop circle.
 
Kemunculan Crop Circle (CC) di Sleman menggemparkan warga sekitar. Menurut Beta-UFO, lembaga yang memperhatikan masalah UFO di Indonesia, ada berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui keaslian crop circle.

Pertama, biasanya akan muncul medan elektromagnetik statis di sekitar lokasi kemunculan CC. Efek ini akan terjadi ketika menyalakan ponsel di daerah itu, maka sinyal akan hilang.

Namun, ketika bergerak menjauh maka sinyal akan kembali lagi. Selain itu, elektromagnetik juga mempengaruhi hewan, kucing dan anjing misalnya. Mereka biasanya akan merasa takut saat berada di lokasi semacam ini.

Kedua, kadar radiasi pun bisa diukur. Pada banyak kasus CC di Inggris biasanya kadar radiasi di lokasi CC akan tinggi dibanding lainnya.

Ketiga, bisa dilihat dari struktur runtuhan tanaman, biasanya pada CC asli hanya berupa runtuhan bengkok (bending) seperti tiba-tiba dipanaskan kemudian dibekukan lagi. Menurut Direktur Beta-UFO, Bayu Amus, terkadang pada tanaman akan terjadi mutasi genetik namun hal itu sulit dilihat.

Mudahnya, orang bisa melakukan uji coba di lokasi aslinya. “Mungkin tidak membuat pola sama dengan hanya menginjak-injak saja,” paparnya.

Menurutnya, jika CC merupakan buatan manusia, maka rebahan tanaman yang diinjak manusia biasanya masuk ke dalam lumpu sawahnya. Seperti diketahui, pada hari ini pula Beta-UFO melakukan penelitian disana dan hasilnya akan diketahui esok hari. [vin]


 
Crop Circle Fenomena Ratusan Tahun
Sejarah Crop Circle (CC) dapat dilacak pada 1678. 
Saat itu terdapat ukiran kayu “Mowing Devil” menggambarkan iblis sedang menggambar desain oval di sebuah ladang gandum.

Kisahnya sendiri terdengar sedikit mistik. Sang petani menolak tuntutan pekerjaan majikan, petani mengatakan lebih baik iblis yang mengerjakan tugasnya. Pada malam itu juga, ladang gandum majikan terbakar api.

Pagi harinya, sebuah lingkaran misterius berbentuk oval muncul di ladang tersebut. Kebenaran dari kisah ini masih belum ada yang bisa mengkonfirmasi. Laporan CC yang lebih modern dipublikasikan di jurnal Nature edisi 29 Juli 1880.

Saat itu, peneliti John Rand Capron melaporkan adanya tanaman-tanaman gandum yang merunduk dan membentuk lingkaran sirkular. Hingga kini, CC masih menjadi misteri yang paling menarik di zaman modern. Bahkan, CC dikatakan sebagai satu-satunya misteri yang sejalan dengan seni.

CC atau lebih dikenal dengan sebutan lingkaran ladang gandum karena biasanya di lokasi CC terdapat ciri batang gandum yang merunduk. Awalnya, CC berbentuk lingkaran-lingkaran sederhana namun memasuki 1980-an, CC berkembang memiliki pola rumit dan tak hanya berbentuk lingkaran.

Istilah Crop Circle sendiri pertama kali diperkenalkan oleh peneliti CC ternama dunia Colin Andrew. Pasti banyak dari Anda yang belum mengetahui CC. Namun ternyata, CC tak hanya muncul di ladang gandum. CC juga dapat muncul di ladang jagung, kedelai, sawah dan kebun bunga. [vin]

Baca Selengkapnya >>>

Cari Apa Saja Disini


ShoutMix chat widget

Multi Posting Area

Web Stats

website-hit-counters.com
Powered by  MyPagerank.Net
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
 

IcyBlue | Copyright © 2010 - Blogger Designed By Jasa Adsense Powered By How To Traffic Website Supported by Increase Traffic For Website

javascript:void(0)