Tiga Bulan Tidak Mampu Memandang Wajah Suami
Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak.Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, lalu menyambungnya
dengan ucapan: Alhamdulillah.
Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.Sang suami berkata kepada sang dokter: "Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran.
Akan tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: "… Oooh, kamu –wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah kepada qadha dan qadar Allah SWT.
Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: "Wahai fulan, saya telah bersabar selama Sembilan (9) tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata:" betapa baik dan shalihah-nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan".
Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata: "istriku, ini cobaan dari Allah SWT, kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …".
Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah dihadapannya.Akhirnya sang istri berkata: "OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih".Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.Mendengar keterangan tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: "Semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan …".Sang istri pun bed rest di rumah sakit.
Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: "Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja"."Haah, pergi?". Kata sang istri."Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat". Kata sang suami.Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri.
Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: "Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi".Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.
Dan subhanallah …Setelah Sembilan (9) bulan dari operasi itu, sang istri
melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga.Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari'ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur'an dan mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari `Ashim.Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan.
Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya. Hampir saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis pula.
Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.
Oleh : Miranti Mayangsari
Baca Selengkapnya >>>
Nasehat Ustad Rahmat Abdullah
(Bercermin di Telaga Cinta Sang Guru, Mengenang KH. Rahmat Abdullah)
Cinta dari Darah dan Ruh
Tapi entah karena dorongan apa ia kemudian bertanya pada Umar bin Khatab: “Apakah pengabdianku sudah cukup untuk membalas budi ibuku?” lalu Umar pun menjawab: “tidak! Tidak cukup! Karena kamu melakukannya sembari menunggu kematiannya, sementara ibu merawatmu sembari mengharap kehidupanmu”.
Tidak! Tidak! Tidak!
Tidak ada budi yang dapat membalas cinta seorang ibu. Apalagi mengimbanginya. Sebab cinta ibu mengalir dari darah dan ruh. Anak adalah buah cinta dua hati. Tapi ia tidak dititip dalam dua rahim. Ia dititip dalam rahim sang ibu selama sembilan bulan: disana sang hidup bergeliat dalam sunyi sembari menyedot saripati sang ibu. Ia lalu keluar diantara darah: inilah ruh baru yang dititip dari ruh yang lain.
Itu sebabnya cinta ibu merupakan cinta misi. Tapi dengan ciri lain yang membedakannya dari jenis cinta misi lainnya, darah! Ya, darah! Anak adalah metamorfosis dari darah dan daging sang ibu, yang lahir dari sebuah kesepakatan. Cinta ini adalah campuran darah dan ruh. Ketika seorang ibu menatap anaknya yang sedang tertidur lelap, ia akan berkata di akar hatinya: itu darahnya, itu ruhnya! Tapi ketika ia memandang anaknya sedang merangkak dan belajar berjalan, ia akan berkata didasar jiwanya: itu hidupnya, itu harapannya, itu masa depannya! Itu silsilah yang menyambung kehadirannya sebagai peserta alam raya.
Itu kelezatan jiwa yang tercipta dari hubyngan darah. Tapi diatas kelezatan jiwa itu ada kelezatan ruhani. Itu karena kesadarannya bahwa anak adalah amanat langit yang harus di pertanggungjawabkan di akhirat. Kalau anak merupakan isyarat kehadirannya dimuka bumi, maka ia juga penentu masa depannya di akhiat. Dari situ ia menemukan semangat penumbuhan tanpa batas: anak memberinya kebanggaan eksistensial, juga sebuah pertanggungjawaban dan sepucuk harapan tentang tempat yang lebih terhormat disurga berkat doa-doa sang anak.
Dalam semua perasaan itu sang ibu tidak sendiri. Sang ayah juga berserikat bersamanya. Sebab anak itu bukti kesepakatan jiwa mereka. Mungkin karena kesadaran tentang sisi dalam jiwa orang tua itu, DR. Mustafa Sibai menulis persembahan kecil dihalaman depan buku monemetalnya “Kedudukan Sunnah Dalam Syariat Islam”. Buku ini, kata Sabai, kupersembahkan pada ruh ayahandaku yang senantiasa melantunkan doa-doanya? “Ya Allah, jadikanlah anakku ini sebagai sumber kebaikanku di akhirat kelak”.
Doa sang ibu dan ayah selamanya merupakan potongan-potongan jiwanya! Karena itu ia selamnya terkabul! ~ Anis Matta ~
Baca Selengkapnya >>>
Ketika Kertas Putih Itu Salah Gores
Nisa diminta maju menuliskan 20 nama orang yang paling berharga dalam kehidupannya. Nisapun kemudian menuliskan 20 nama di papan tulis, ada nama tetangga, teman belajar, saudara, orang tua dan orang-orang tercinta lainnya.
Kemudian sang motivator meminta mencoret satu nama yang dianggap kurang penting, nisa mencoret nama tetangganya, lalu motivator itu menyilahkan mencoret satu nama lagi yang kurang penting, sekarang Nisa mencoret nama teman belajarnya.
Begitu seterusnya sampai pada akhirnya di papan tulis tersisa 5 nama yaitu Ayahnya, Ibunya, kakeknya, neneknya dan nama suaminya. Suasana kelas mendadak sunyi, semua peserta pelatihan memusatkan perhatian kepada sang Motivator, menebak-nebak intruksi selanjutnya dari sang motivator itu. Di tengah keheningan sang motivator berkata " coret dua nama lagi ! ", dengan tangan gemetar Nisa dan gelisah diangkatnya spidol kemudian mencoret nama Ayah dan Ibunya.
Seketika itu pun pecah isak tangis di kelas demikian juga Nisa yang mengeluarkan buliran air mata membasahi pipinya seolah mengingat sesuatu yang cukup menyakitkan, kemudian dia coret juga nama kakek neneknya dan hanya tertinggal nama suaminya, lalu dia bergegas kembali ke tempat duduk karena tidak mampu menahan tangis.
Setelah suasana sedikit tenang, sang motivator itu lalu bertanya : " orang yang berharga dalam hidup Anda bukan kedua orang tua Anda ? orang tua yang melahirkan dan membesarkan Anda, kakek nenek yang mengasihi dan menyayangi Anda, sedangkan suami masih bisa dicari lagi apalagi Anda masih cukup muda. Mengapa Anda memilh sosok suami sebagai orang yang paling berharga ? boleh Anda maju lagi menjelaskannya ! ".
Semua mata tertuju kepada Nisa, wanita cantik yang sekarang berada di depan kelas, sambil terisak Nisa bercerita : " semenjak aku kecil sampai aku dewasa tidak pernah aku rasakan ciuman cinta dari papa dan mamaku, yang aku terima dari mama hanyalah cacian dan kata-kata yang menyakitkan, kamu bego, kamu bodoh, tolol dan lain-lain, dan ketika aku masih usia SD sebuah putung rokok papa mendarat di pahaku serta kekerasan fisik lain yang susah aku lupakan sampai sekarang, bersyukur aku punya kakek nenek yang sangat menyayangiku sebagai tumpuhan segala penderitaanku, namun sayang kakek meninggal sejak aku masih kecil sedangkan nenek tinggal cukup jauh dari rumahku ", mendadak suasana kelas semakin gaduh dengan isak tangis demikian juga air mata Nisa yang semakin deras berjatuhan.
Setelah suasana tangis di kelas mereda, sang motivator kembali bertanya : " lalu ada apa dengan suami Anda begitu berharga dalam hidup Anda ? ", Nisa tiba-tiba tersenyum, : " ketika hidupku diambang jurang kehancuran dan nista, dia hadir memenuhi relung-relung jiwaku yang sudah sekian lama hampa, dia membimbingku dan menunjukkan jalan yang lurus, dia membangkitkan semangat belajarku yang telah punah dan mengantarku meraih gelar sarjana, dia memotivasi aku dan memberikan kepadaku Visi Hidup menuju sukses di masa depan, Aku bersyukur bertemu dengan suami yang sangat perhatian dan selalu memahami problematikan hidupku, sehingga aku tidak lagi mendendam dengan kedua orang tuaku ".
Thank You Allah,
I Love You my husband forever
Mama, Papa, I am Sorry if I must far your life.
for You All, I am not as your thoughts
Sahabat, melahirkan anak atau Generasi yang Shaleh dan Sahalehah tidaklah semudah membalikkan telapak tangan kita, karena betapa gelombang kemaksiatan sangat besar dan akan menghantam setiap kita, hanya dengan melibatkan Tangan Allah disetiap aktifitas pendidikan dan pembinaan terhadap anak dan generasi kita yang akan mampu mencetak Generasi yang unggul , Shaleh dan Shalehah sebagaimana yang kita semua harapkan
Baca Selengkapnya >>>
UMUR KITA = ARTI HIDUP KITA
” Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ” [16:97]
Sahabat yang dimuliakan Allah SWT, terfikirkah oleh kita kapan kira-kira hidup kita berakhir ? besok ? lusa ? bulan depan ? tahun depan ? atau kapan ?, kalau sekiranya hari ini adalah akhir hayat kita, amal prestatif apa yang akan kita tinggalkan untuk Generasi kita kelak ? atau amal prestatif apa yang dapat kita andalkan agar kita sukses di masa kita dibangkitkan kembali kelak ?, untuk menjawab ini coba kita belajar dengan perilaku LEBAH berikut ini :
Pada suatu pagi yang cerah, di antara rindangnya pepohonan, tampak seekor burung elang sedang bermalas-malasan. Is beristirahat di dalam sebuah pohon yang berdaun cukup lebat. Selama beberapa hari, burung elang berulang kali hinggap di dalam pohon yang sama. Sebab, ia merasa tertarik mengamati kegiatan segerombolan lebah yang terlihat sibuk bekerja bersama-sama, membuat sarang yang berjuntai di dahan sebatang pohon.
Si elang tampak memperhatikan seekor lebah yang sebentar terbang hinggap di antara bunga-bunga hutan yang mekar, menghisap sari madunya, dan terbang kembali ke dalam memberikan sari madu ke sarangnya. Begitu seterusnya. Burung elang yang terus memperhatikan kelakuan lebah menjadi penasaran. Ia pun dengan tidak sabar menegur seekor lebah yang sedang terbang di dekatnya, “hai lebah kecil, kamu sibuk terbang dari satu bunga ke tempat sarangmu, memangnya apa yang sedang kamu kerjakan?”
Lebah pun menjawab, “aku dan kawan-kawan sedang membuat sarang”
Untuk apa kalian repot membuat sarang sebesar itu? Umur lebah kan sangat pendek. Sudahlah tidak perlu susah-susah bekerja, santai-santai saja dan nikmati kehidupanmu yang singkat itu,” ujar burung elang mencoba menasehati si lebah.
Mendengar nasihat itu, si lebah justru menjawab, “umurku memang tak sepanjang umurmu burung elang. Tapi, justru karena pendeknya waktu yang aku punya, aku tidak boleh menyia-nyiakannya. Aku harus bekerja giat dan rajin agar sarang kami bisa selesai sesingkat umur kami.”
“tapi untuk apa sarangmu harus diselesaikan cepat-cepat? Toh, kanu nanti segera mati, dan kalau mati, kamu pun tidak bisa menikmati sarang yang telah kamu buat dengan susah payah.” Tanya elang yang belum puas dengan jawaban si lebah.
“ha ha ha, tuan elang yang gagah dan berumur panjang, kasihan sekali cara berpikirmu. Justru umur kami yang sangat singkat inilah harus kami hargai dengan sungguh-sungguh. Kami memang makhluk kecil dan berumur pendek. Tetapi kami bangga dan bahagia karena bisa berarti bagi makhluk lain, yaitu dengan memberi semua hasil kerja keras yang telah kami lakukan seumur hidup kami. Itulah arti keberadaan kami,” ucap lebah kecil sambil terbang berlalu, tak mau menyia-nyiakan waktunya berbincang dengan elang.
Mendengar jawaban dan penjelasan lebah kecil, si burung elang terdiam tidak mampu berkata-kata lagi dengan kesombongan yang di banggakannya. Ternyata di balik penampilan makhluk yang kecil dan berumur pendek, kehidupan lebah itu pun memiliki arti tersendiri. Mereka bisa memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk berbuat yang terbaik di masa hidupnya.
Sahabat, tahukah kita betapa kecilnya titik madu dan tepung sari yang dihasilkan oleh seekor lebah dengan sebegitu payahnya hinggap dari bunga satu ke bunga yang lain ? namun karena kerjasama yang baik sekelompok lebah itu serta kerja keras tanpa kenal lelah maka terbangunlah sarang yang berisikan madu dengan jumlah yang cukup banyak, lalu untuk apa dan siapa titik-titik madu dan sarang yang dihasilkannya itu ? apakah untuk dirinya sendiri ? ternyata hanya sedikit untuk dirinya dan keturunannya, bahkan yang paling banyak menikmati hasil kerja lebah tersebut adalah makhluk lain yang bukan golongan lebah, makhluk lain itu tidak lain adalah kita !!!
Sahabat, tidakkah kita sangat mampu meniru cara kerja lebah ? oleh itu jangan pernah malu dan meremehkan hal yang sedikit atau yang tersisa yang ada ditangan kita, jika yang sedikit yang tersisa ditangan kita itu kita sinergikan maka program atau proyek sebesar apapun akan mampu kita realisasikan dan akan menjadi Lahan Amal Sholeh yang akan dinikmati dan diambil manfaatnya oleh sekian banyak Generasi kita, maka sisa umur kita ini akan menjadi lebih berarti.
Baca Selengkapnya >>>
Setiap Orang Menginginkannya...
Ada sebuah syair tulisan seseorang:
Sesuatu yang terlupa
biasanya tak berarti apa-apa
Sesuatu yang ingin dilupa
biasanya sesuatu yang pernah dicinta
Namun yang dicinta tak mau memperdulikannya
Sakit memang sakit hatinya
Dan itulah penyakit yang Lebih berat dari biasanya
ingin dia sembuhkan penyakitnya
Namun citra kekasih selalu membayanginya
Memang sembuhnya sakit kepala
Ternyata lebih mudah daripada sembuhnya orang yang dimabuk cinta
kemudian dia melanjutkan :
Orang yang dimabuk asmara
bagaikan orang yang terkena panah kaki dan tangannya
dengan kedalaman yang sungguh mengena
Jika dicabut kan terasa benar sakitnya
Jika dibiarkan kan terhambat gerak dan langkahnya
Sungguh sakit jika tak dihiraukan oleh yang dicinta
Bagaimana jika tak dihiraukan oleh Sang Pencipta
Tatkala semua makhluk membutuhkanNya
Tak ada cinta yang benar-benar membuat sehat hati manusia
Kecuali cinta karena Allah dan RasulNYa
Setiap orang menginginkannya
Namun sayang enggan meniti jalannya
Menunda Pekerjaan
Penyakit yang bisa menimbulkan kebuntuan ide adalah kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Atau melaksanakannya setengah-tengah. Terutama jika ada beberapa pekerjaan yang sedang kita laksanakan bersamaan. Tanpa prioritas yang tepat, ini semua akan menjadi beban yang menghalangi otak berpikir jernih sehingga kebingungan mana yang harus diselesaikan lebih dahulu. Semakin banyak pekerjaan yang bisa kita tuntaskan sesuai jadwal, semakin ringan beban otak kita dan mood-pun akan lebih sering muncul. Menunda pekerjaan, no way !
Jangan Pandang Rendah Diri Sendiri !
Jangan memandang rendah diri sendiri, nanti orang lain juga memandang rendah diri kita. Jika kita tak bangga pada kemampuan kita, jika kita tak menghargai diri kita, jika kita tak percaya kita bisa, jika kita yakin kita tak punya kekuatan super untuk sukses: maka demikianlah adanya. Perlakuan orang lain pada kita adalah cerminan perlakuan diri kita pada kita sendiri.
Jika kamu....
Jika kamu memancing ikan....
Setelah ikan itu terlekat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu....
Janganlah sesekali kamu lepaskan ia semula ke dalam air begitu saja....
Karena ia akan sakit oleh karena bisanya ketajaman mata kailmu dan mungkin ia akan menderita selagi ia masih hidup.
Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang...
Setelah ia mulai menyayangimu hendaklah kamu menjaga hatinya....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja....
Karena dia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingatmu....
Jika kamu menadah air biarlah berpada, jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh.... cukuplah sekadar keperluanmu....
Apabila sekali ia retak.... tentu sukar untuk kamu menambalnya semula....Akhirnya ia dibuang ....
Sedangkan jika kamu coba membaikinya mungkin ia masih dapat dipergunakan lagi....
Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya....
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa....
Anggaplah dia manusia biasa.
Apabila sekali dia melakukan kesilapan bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya....
akhirnya kamu kecewa dan meninggalkannya.
Sedangkan jika kamu memaafkannya boleh jadi hubungan kamu akan terus hingga ke akhirnya....
Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi...
yang kamu pasti baik untuk dirimu. Mengenyangkan. Berkhasiat.
Mengapa kamu berlengah, coba mencari makanan yang lain..
Terlalu ingin mengejar kelezatan.
Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya.
Kamu akan menyesal.
Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang insan..... yang kamu pasti membawa kebaikan kepada dirimu. Menyayangimu. Mengasihimu.
Mengapa kamu berlengah, coba membandingkannya dengan yang lain.
Terlalu mengejar kesempurnaan.
Kelak, kamu akan kehilangannya apabila dia menjadi milik orang lain.
Kamu juga yang akan menyesal.